Purwoharjo, 23 September 2019 19:51 WIB
---Ahmad Mustaqim ----
Kulon Progo: Istiyah terlihat menjahit dengan mesin jahit listrik yang ada di dalam ruang depan rumahnya. Ia menjahit sebuah celana anak sekolah pesanan dari tetangga. Perempuan 45 tahun ini melayani jasa jahitan berbagai pakaian. Biasanya ia menerima jasa jahitan untuk memperbaiki pakaian robek atau pemasangan resleting. "Biasanya tetangga pesan datang ke sini. Dijahit sendiri buat usaha," kata Istiyah di kediamannya RT 52/25, Dusun Kedungrong, Desa Purwoharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Minggu, 22 September 2019.
Perempuan yang mengenakan kaus dan mengenakan kerudung merah ini mengerjakan seluruh jahitannya dengan mesin jahit listrik. Aliran listrik yang Istiyah gunakan berasal dari pembangkit listrik mikro hidro (PLTMH) di kampungnya. Mesin jahit ia beli dengan uang pribadi. Baginya keputusan membeli mesin jahit listrik itu tepat karena memakai tenaga listrik yang murah. Pengguna PLTMH di RT 52 Dusun Kedungrong hanya dikenakan tarif Rp7 ribu per 36 hari. Dalam setahun dapat dikalkulasikan membayar sekitar Rp70 ribu. Warga bisa menggunakan daya listrik tanpa batas. "Pakai mesin jahit listrik lebih rapi, tidak mengeluarkan banyak tenaga dibanding mesin manual," kata perempuan yang memakai mesin jahit listrik selama 1,5 tahun ini. Ada banyak warga yang menggunakan energi listrik dari PLTMH untuk aktivitas perekonomian keluarga. Suhadi misalnya, lelaki yang juga Ketua Kelompok PLTMH ini juga memiliki mesin jahit listrik yang dioperasikan istrinya. Istri Suhadi mengerjakan pakaian batik yang kemudian dipasok untuk perusahaan konveksi di Kecamatan Mlangi, Kabupaten Sleman. Pendapatan dari memproduksi pakaian batik itu bisa membantu memenuhi kebutuhan keluarga karena Suhadi juga berdinas di Polsek Sentolo, Kabupaten Kulon Progo. "Pakai PLTMH murah listriknya. Dulu biasanya habis Rp270 ribu, sekarang sekitar Rp180 ribu sebulan. Itu sudah termasuk untuk menjahit dan kebutuhan keluarga," jelas Suhadi. Bendahara PLTMH Dusun Kedungrung, Rahmad Sutejo, 42, mengatakan ada banyak warga yang memiliki usaha dengan memanfaatkan energi listrik ramah alam ini. Ia merinci ada empat warga yang memiliki mesin jahit listrik, satu KK memiliki alat listrik untuk kebutuhan bengkel, lalu seorang warga memiliki alat listrik untuk bengkel las, dua warga memakai alat listrik untuk kebutuhan pertukangan, serta satu KK memiliki alat listrik untuk penetasan ayam. "Banyak lagi warga yang punya peralatan dengan pakai tenaga listrik untuk kegiatan ekonomi, dari pertukangan sampai las. Kami masih terus mendorong pemakaian PLTMH agar bisa bermanfaat untuk berbagai kegiatan warga," ungkap Rahmad.
Sumber Berita :